Namanya
Raden Lili Soeratno atau bernama lain Mr. Pringgodigdo atau biasa
dipanggil Mbah. Ia mengaku berumur 155 tahun, berbeda jauh dengan yang
tertera di KTP-nya yang tertulis ia lahir di Nganjuk pada 1919.
"Tubuh
saya gatal-gatal sejak saya perang di Hanoi dulu," tutur Pringgodigdo
sembari tertawa kepada sejumlah dokter yang memeriksanya di ruang
perawatannya di RSCM, Jakarta. Sejumlah bekas ruam karena gatal terlihat
di kulit keriputnya.
Ia ditemukan oleh seorang dokter asal Papua yang bernama John
Manangsang. Saat itu seseorang meminta berkonsultasi kepada John
mengenai seorang kakek di rumahnya yang menderita gatal dan mengalami
buta karena katarak dan tuli karena faktor usia.
Sudah dua minggu
ia dirawat di RSCM. Selama itu pula Pringgodigdo menceritakan
pengalaman hidupnya kepada John. John bercerita, baru satu malam ia
berada di Bekasi. Sebelum tiba di Bekasi, Pringgodigdo tinggal di
Jonggol.
Menurut Pringgodigdo, ia sudah berumur 155 tahun.
Perjalanan hidupnya panjang. Ia pernah menjadi anggota tentara
Volkenbond (Lembaga Bangsa-Bangsa/LBB). Dengan Volkenbond itu, ia
menjadi salah satu pejuang sekutu di Perang Dunia I.
Menurut John,
Pringgodigdo kerap kali bercerita bahwa bangsa Indonesia adalah bangsa
yang besar sejak kerajaan Majapahit berdiri. Karena kerajaan itu
jugalah, menurutnya bangsa-bangsa di dunia dahulu menghormati Indonesia.
Namun
keberadaan Pringgodigdo saat ini tidaklah aman jika diketahui publik.
John memaparkan, Pringgodigdo kerap bercerita ia membawa aset
peninggalan Kerajaan Majapahit dan Mataram. Karena itulah sepanjang
perjalanan hidupnya Pringgodigdo mengaku banyak diburu orang yang
berburu aset kerajaan kuno yang tentu sangat bernilai tinggi itu.
Bahkan
Pringgodigdo mengatakan aset tersebut kini tersimpan pada level Bank
Dunia dan turut berperan menstabilkan ekonomi dunia. Aset tersebut tentu
saja tidak dapat diambil oleh orang lain selain Pringgodigdo.
Menurut
pengakuannya, sudah delapan kali ada pihak-pihak yang mencoba
memalsukan identitas Pringgodigdo, baik dari sidik jari hingga tanda
tangannya untuk mengambil aset kerajaan kuno itu. Namun selalu gagal.
Yang terakhir kali, aksi pemalsuan itu terjadi di Malaysia beberapa
tahun yang lalu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar