Jumat, 22 April 2011

Kupu-kupu Malam Biang Keladi Wabah Ulat Bulu

Tulungagung (ANTARA News) - Ulat bulu yang menyerang tanaman produksi di sejumlah tempat di Kabupaten Tulungagung berasal dari famili "lymantridaee" atau kupu-kupu yang berkeliaran pada malam hari.

Hasil itu merupakan indentifikasi dari tim peneliti dari Laboratorium Pengamatan Hama Penyakit Tanaman Pangan dan Hortikurtura Dinas Pertanian Provinsi Jawa Timur, kata Koordinator Pengendali Organisme Pengganggu Tanaman (POPT) Dinas Pertanian Tanaman Pangan Kabupetan Tulungagung, Sugeng, Senin.

"Kami baru saja mendapat informasi dari lab (laboratorium) bahwa penelitian terhadap contoh ulat yang menyerang di beberapa desa di tiga kecamatan di Kabupaten Tulungagung, teridentifikasi berasal dari famili `lymantridaee` yang berasal dari kupu-kupu malam atau `nocturno`," terang Sugeng.

Pola makan dari ulat bulu yang menyerang sejumlah tanaman seperti pelem, mindi, salam, alpukat, serta beberapa jenis tanaman berkambium lain itu, biasanya bersifat "polypag" atau makan beberapa jenis daun tanaman yang ada.

"Pengendalian hama yang paling efektif sebenarnya adalah dengan cara mekanis, yakni dengan membakar ulat yang menempel di pohon," ujarnya.



...paling efektif sebenarnya adalah dengan cara mekanis, yakni dengan membakar ulat yang menempel di pohon


Sumber:http://www.antaranews.com/news/254677/kupu-kupu-malam-biang-keladi-wabah-ulat-bulu

Wabah Ulat Bulu Akibat Populasi Predator Berkurang

Malang (ANTARA News) - Wabah ulat bulu yang menyerang perkebunan mangga di Probolinggo dan kini meluas ke daerah sekitarnya sebagai akibat dari semakin berkurang populasi predator burung liar pemakan ulat.

Chairman ProFauna Indonesia Rosek Nursahid, Rabu menyatakan, populasi predator pemakan ulat seperti Burung Prenjak, Jalak dan Cinenen berkurang cukup signifikan hingga mencapai 80 persen dari populasi sebelumnya.

"Perburuan liar yang dilakukan secara besar-besaran sebagai komoditas perdagangan menjadikan populasi burung liar pemakan ulat ini menurun drastis, sehingga ulat-ulat tersebut bisa berkembangbiak dengan leluasa karena musuh utamanya sudah tidak ada," tegasnya.

Di wilayah Malang sendiri terutama di Kecamatan Pujon dan kawasan Malang selatan, katanya, populasi predator berupa burung liar pemakan ulat (serangga) tersebut juga sudah hampir hampir punah.

Menurut dia, jika proses perburuan burung pemakan serangga ini dilakukan secara besar-besaran dan terus menerus akan memicu terjadinya bencana ekologi. Akibatnya, akan terjadi ledakan populasi kupu-kupu dan ulat di luar kendali.

Oleh karena itu, tegasnya, kalau warga di wilayah Malang Raya ini tidak ingin terjadi wabah ulat di daerahnya, maka masyarakat harus menghentikan berburu burung pemakan serangga tersebut.Biarkan burung-burung tersebut hidup di alam bebas agar rantai ekosistem tetap berjalan normal.

Sebelumnya Kepala Laboratorium Hama, Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya (UB) Dr Ir Totok Himawan mengimbau agar masyarakat khususnya petani di wilayah Malang Raya dan sekitarnya tidak perlu khawatir akan serangan ulat bulu yang kini mewabah di Probolinggo.

Sampai sejauh ini ulat bulu hanya menyerang tanaman mangga saja dan tidak akan menyerang tanaman lain, seperti padi, sayur, bunga serta berbagai jenis buah lainnya.

Apalagi, lanjutnya, sekarang juga sudah dilakukan penyemprotan insektisida atau sejenis cairan "Lamda Sihalotrim" sampai beberapa kali, sehingga kondisinya sudah jauh berkurang."Petani tidak perlu khawatir, karena kemungkinan meluas hingga ke wilayah Malang dan sekitarnya itu sangat kecil," tegasnya.

Hujan yang terus menerus mengakibatkan musuh alami ulat bulu, yakni sejenis predator bernama "Braconid" dan "Apanteles" tidak mampu bertahan hidup. Sehingga, musuh alami itu tidak bisa mengontrol populasi ulat bulu yang semakin banyak, dan berkembangbiak dengan cepat, bahkan menyebar ke lingkungan penduduk.

Sementara Kepala Dinas Pertanian Kota Malang Ninik Suryantini mengimbau agar masyarakat terutama petani lebih waspada."Untuk wilayah Kota Malang yang rentan terhadap perkembangbiakan ulat bulu adalah Kecamatan Lowokwaru, Kedungkandang dan Sukun," katanya menambahkan.
(E009/M019)



Perburuan liar yang dilakukan secara besar-besaran sebagai komoditas perdagangan menjadikan populasi burung liar pemakan ulat ini menurun drastis


Sumber:http://www.antaranews.com/berita/252986/wabah-ulat-bulu-akibat-populasi-predator-berkurang

Kamis, 21 April 2011

Sekolah Tak Siap Terapkan SKS


SISTEM PEMBELAJARAN
Sekolah Tak Siap Terapkan SKS

Kamis, 26 Agustus 2010 | 11:37 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com - Rencana pemerintah melalui Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) menggulirkan sistem satuan kredit semester (SKS) pada tingkat SMP dan SMA dinilai sebagian pengamat pendidikan sebagai rencana yang lurang matang. Secara manajerial penerapan kebijakan ini di sekolah tidak siap.

'SKS itu kelihatannya indah, tetapi sebetulnya manajemen sekolahnya sendiri tidak siap.'
-- E. Baskoro Poedjinoegroho

SKS itu kelihatannya indah, tetapi sebetulnya manajemen sekolahnya sendiri tidak siap, ujar E. Baskoro Poedjinoegroho, Pembina Kolese Kanisius, ditemui usai diskusi Memerangi Keterbelakangan Pendidikan Indonesia, Rabu (25/8/2010), di Jakarta.

Baskoro mempertanyakan, setelah para siswa lulus dengan cepat, orientasi siswa selanjutnya belum jelas. Yang namanya sekolah, kata dia, tidak semata hanya mengejar kepandaian dan kecerdasan, tetapi harus ada pembelajaran nila-nilai kepribadian dan soft skill yang tidak bisa dipercepat.

SKS itu tidak cocok diterapkan di SMP dan SMA, ujar Baskoro.

Sebelumnya, diberitakan di Kompas.com (25/8/2010), BSNP sudah mengeluarkan panduan penyelenggaraan sistem SKS untuk tingkat SMP dan SMA/sederajat. Untuk SMP/SMA kategori standar, sistem SKS merupakan pilihan, sedangkan SMA/MTs mandiri dan standar internasional wajib menjalankan sistem SKS.

Sumber: Kompas.Com
http://edukasi.kompas.com/read/2010/08/26/11371840/
Sekolah.Tak.Siap.Terapkan.SKS.#